Seorang anak penderita tumor ganas di perut asal Banyumas, Jawa
Tengah, harus menjalani pengobatan seadanya karena tak memiliki biaya
untuk berobat di rumah sakit.
Bocah malang itu bernama Silvia Rahmah (6), anak kedua pasangan Kamto
(39) dan Rusmiyati (35), warga Desa Kebanggan RT 06 RW 02 , Kecamatan
Sumbang, Banyumas.
Seperti dilansir dari Okezone, Silvia hanya bisa tergeletak pasrah menahan rasa sakit. Kondisi perut
Silvia membesar sementara kondisi kedua kaki dan tangan mengecil.
Silvia terpaksa dirawat di rumah dengan daun pohon pace dan akar rumput
ilalang oleh neneknya. Cara ini dilakukan karena orangtua bocah tersebut
sudah tidak mempunyai biaya untuk membawa anaknya ke rumah sakit meski
menggunakan bantuan BPJS.
Tak hanya itu, untuk makan, Silvia harus dibantu menggunakan suntikan dengan cara dimasukkan ke selang.
Silvia divonis dokter menderita tumor ganas neuroblastoma di perut
sejak 2012. Kedua orangtua Silvia sudah menggunakan BPJS untuk biaya
pengobatan.
Namun, mereka kehabisan biaya untuk transportasi dan perawatan
anaknya di Rumah Sakit Sarjito Yogyakarta. Akhirnya, Silvia terpaksa
dibawa ke rumah neneknya dan diobati hanya dengan daun-daunan serta akar
rumput ilalang.
Pengobatan yang dilakukan sang nenek ini dikarenakan orangtua Silvia
yang tinggal menumpang sudah kehabisan uang. Tanah warisan sudah dijual,
sementara utang kepada saudara dan tetangga semakin membengkak.
Padahal, seharusnya pada 7 Januari 2015 Silvia sudah menjalani perawatan
lagi di RS Sarjito Yogyakarta.
“Saya sudah jual tanah warisan orangtua hingga utang ke tetangga dan
saudara. Biaya sudah habis semua untuk pengobatan anak saya. Sampai saya
sudah tidak bisa lagi memberangkatkan untuk periksa anak saya lagi ke
rumah sakit,” ujar Rusmiyati, orangtua Silvia, Kamis (15/1/2015).
Silvia sendiri termasuk anak yang mempunyai semangat tinggi. Meski
sakit, ia selalu meminta sekolah kepada orangtuanya. Namun, orangtua
Silvia hanya bisa menangis saat mendengar permintaan itu.
Sukamto, ayah Silvia, sendiri hanyalah buruh bangunan serabutan.
Namun atas permintaan Silvia, Kamto kini tidak boleh bekerja karena
Silvia selalu menangis jika ditinggal. Sementara ibunda Silvia hanya
membantu berjualan di warung kecil milik orangtuanya.
Kini, silvia setiap harinya hanya terbaring lemah di atas dipan milik
neneknya. Menurut sang orangtua, Silvia sangat mendambakan bisa kembali
bermain dan bersekolah di taman kanak-kanak seperti teman-temannya.