asalah banjir ternyata bukan hanya terjadi di Jakarta, Singapurapun
tidak bisa menghindar dari masalah yang satu ini. Walaupun dua kota
besar ini memiliki permasalahan yang sama, ternyata keduanya sangat
berbeda dalam penanganannya.
Seperti disadur dari dakwatuna, baru-baru ini Portal properti global
Lamudi, di keterangan resminya membandingkan perbedaan penanggulangan
banjir di Singapura dan Jakarta.
Gambar di: https://www.google.com/search?q=http://kotoanaubisa.blogspot.com/2014/11/belajar-dari-singapura-menangani-banjir.html
Mereka juga menemukan penyebab mengapa Jakarta mengalami banyak masalah di musim penghujan dibanding Singapura, padahal tingkat curah hujan di Singapura lebih tinggi 20 persen dari Jakarta.
![]() |
Belajar Menangani Banjir Ala Singapura |
Gambar di: https://www.google.com/search?q=http://kotoanaubisa.blogspot.com/2014/11/belajar-dari-singapura-menangani-banjir.html
Mereka juga menemukan penyebab mengapa Jakarta mengalami banyak masalah di musim penghujan dibanding Singapura, padahal tingkat curah hujan di Singapura lebih tinggi 20 persen dari Jakarta.
Inilah beberapa perbedaan antara Jakarta dan Singapura dalam hal penanganan banjir:
1. Pembuangan
Jakarta
tidak mempunyai saluran pembuangan yang cukup. Singapura dengan
ketinggian yang lebih curam, mempunyai saluran air tiga kali lebih
banyak dari Jakarta.
Karena itu, Jakarta sangat membutuhkan
pembangunan saluran air yang lebih banyak untuk memastikan kejadian
banjir tahun lalu tidak terulang lagi.
2. Kepadatan penduduk
Meskipun
curah hujan di Jakarta lebih sedikit, namun populasi di Singapura hanya
setengah dari Jakarta. Sehingga, dengan dua kali lipat orang yang harus
dipindahkan, membangun infrastruktur yang diperlukan di Jakarta jauh
lebih rumit.
3. Ketinggian wilayah
Rata-rata ketinggian di
Jakarta adalah 7 meter dan di beberapa areanya bahkan berada di bawah
permukaan laut. Bandingkan dengan Singapura yang mempunyai ketinggian
15 meter dan di atas permukaan laut.
Karena itu, tidak hanya
Jakarta lebih rata dan lebih sulit bagi air untuk mengalir. Namun,
dengan area di bawah permukaan laut, ada banyak area di Jakarta dimana
air malah terkumpul.
Lebih lanjut lagi, Jakarta tenggelam 5
hingga 10 cm setiap tahun dan bahkan 20 cm di Jakarta Utara. Ini
merupakan masalah besar dalam pembangunan saluran air untuk
mengeluarkan air dari kota.
4. Area rawan banjir
Dibandingkan
dengan titik-titik merah di Singapura yang hanya seluas 56 hektar,
sebagian besar area Jakarta adalah area rawan banjir. Ini kembali lagi
disebabkan ketinggian dan saluran pembuangan di kota.
************************
Masalah
lainnya, Jakarta mempunyai sejarah pembangunan di kota yang tidak
mempunyai pertimbangan kepada isu lingkungan. Pembangunan seperti itu
yang menyumbat aliran air.
Tingginya kepadatan penduduk juga
menyebabkan isu lebih lanjut di kawasan bantaran kali di kota.
Sejatinya, sungai harus cukup lebar dan tidak ditinggali untuk dapat
memberikan ruang kelebihan air saat banjir.
Kekurangan tindakan
hukum di Jakarta menyebabkan area yang seharusnya untuk penampung air,
malah dipenuhi oleh perumahan penduduk dan area komersil.
Pemerintah
Singapura menghabiskan 2,4 miliar dolar untuk membangun sistem
pembuangan, dan mengalokasikan 150 juta dolar per tahun untuk
meningkatkan infrastrukturnya dan 23 juta dolar untuk perawatan.
Pemerintah
Jakarta telah berjanji untuk mulai berinvestasi dan telah melakukan
beberapa perbaikan untuk sebagai langkah pencegahan banjir di Jakarta.
Pencegahan
ini berupa pengerukan di Bendungan Pluit, memperbaiki pompa air di
bendungan, membersihkan dan menambal tanggul di Banjir Kanal Jakarta
yang jebol tahun lalu dan menyebabkan banjir besar di beberapa daerah
di pusat Jakarta, seperti Tanah Abang, Thamrin, Bundaran HI dan Menteng.
Pemerintah juga berencana untuk membangun Dinding Laut Raksasa yang telah memasuki tahap pembelajaran dan analisis.
Namun,
akar permasalahannya adalah ledakan jumlah penduduk, dan memindahkan
para penduduk di area rawan banjir untuk mulai melakukan perbaikan
adalah suatu tantangan besar bagi pemerintah yang sedang bertugas.
Masyarakat telah terikat dengan rumah mereka, menjadikan perubahan demi kepentingan banyak sulit diterapkan.
Karena
itulah, meski situasi sekarang mengalami perbaikan dan mempunyai
kesempatan untuk mengurangi banjir berskala besar, ini masih jauh dari
mencapai standar pembangunan kota metropolitan seperti Singapura.
Dan seiring datangnya musim penghujan, masyarakat terus berharap bahwa banjir besar tidak akan terjadi lagi tahun ini.
Sebagai
catatan, Januari 2013, Jakarta Pusat lumpuh selama hampir tiga hari dan
banjir besar menyebabkan 20 orang meninggal dan kerugian ekonomi hingga
hampir Rp20 triliun.
Koto Anau, Solok dan Sekitar Sumatera Barat
Artikel Laen: Harga Cabai Mahal Tiap Tahun, kenapa...?
Koto Anau, Solok dan Sekitar Sumatera Barat
Artikel Laen: Harga Cabai Mahal Tiap Tahun, kenapa...?
1 komentar:
nice post..
http://www.jualalatbantu.info/