MINANG TERKINI-Gambir sepertinya mulai mendapatkan perhatian serius pemerintah pusat. Untuk mendongkrak dan menjaga harga komoditi eksport ini agar selalu di atas standar, Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI) Persero mewacanai membentuk badan penyangga komoditi ekspor tersebut.
Hal itu terungkap dalam dialog General Manager Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI) Persero Bayu Adhi Wardhana dengan Wakil Bupati Limapuluh Kota Ferizal Ridwan, S.Sos di ruang rapat bupati, Senin (28/3/2016).
“PPI Persero selaku BUMN khusus perdagangan dibawah Kementerian Perdagangan ditunjukan kementerian untuk menyangga harga gambir di Indonesia. Tujuannya, agar harga produk spesifik daerah ini stabil dan tidak jatuh,” ungkap Bayu.
Namun ketika harga membubung, pihak PPI akan membiarkan mekanisme pasar yang berlaku. Sebaliknya, kalau harga melemah hingga mendekati Rp33.000/kg makan perusahaan plat merah ini akan melakukan interpensi yang mungkin saja akan membeli produksi perkebunan rakyat itu dengan harga standar.
“Untuk menyelamatkan harga yang terpuruk, PPI akan melakukan pembelian dengan harga standar yang telah ditentukan pemerintah. Selain bertindak sebagai penyangga harga, PPI juga akan membantu pemasaran ekspor yang selama ini dikuasai pihak tertentu,” papar Bayu.
Kendati ini masih wacana, ujarnya, namun harga gambir sejak beberapa waktu belakangan sudah jauh melambung. Bahkan di Kota Padang harga gambir sudah mencapai Rp55.000/kg.
Dikatakan, tak hanya gambir, PPI juga diperintahkan pemerintah untuk melakukan ekspor produk khas Indonesia lainnya.
Menanggapi hal itu Wakil Bupati Ferizal Ridwan menyebut, dalam visi misinya juga menginginkan adanya badan pengelola gambir sebagai produk ungggulan di daerah ini. Tak hanya mengelolanya di hulu, namun juga menggarapnya hingga ke hilir.
“Dalam menggarap komoditi gambir ini kita perlu terobosan-terobosan dan butuh dukungan perguruan tinggi seperti Politeknik Pertanian,” papar Ferizal.
Selain itu, lanjut Ferizal, Pemkab Limapuluh Kota juga menyiapkan perangkat, sarana prasarana dan regulasi. Tak kalah pentingnya, mendukung dan menumbuhkan asosiasi-asosiasi terkait dengan gambir tersebut.
“Di samping menyiapkan perangkat, regulasi serta asosiasi-asosiasi, bila perlu kita akan melakukan diskusi-diskusi dan seminar-seminar. Apalagi di daerah kita ada Politeknik Pertanian dan para peneliti dari Unand,” ujar Ferizal.(mt/jon)
Source http://ift.tt/1LTOaTB