Potensi Solok Beserta Biografi Orang-orang Inspiratif

Senin, 07 Maret 2016

Pengakuan Pendaki Marapi yang Tersesat, Tidak Temukan Jalan Menuju Puncak

Pendaki yang Tersesat

MINANG TERKINI : Pengakuan Abdul, salah seorang dari lima pendaki yang tersesat di kawasan Gunung Marapi Sumbar, dia bersama empat rekan lainnya tidak menemukan jalan menuju puncak Marapi saat tiba di kawasan Sarasah, sekitar dua kilometer dari cadas.
“Ada satu perbukitan lagi yang harus kami lalui, baru tiba di cadas. Tapi kami tidak menemukan jalan menuju perbukitan itu. Semuanya tampak semak-semak saja, dan tak ada tanda-tanda adanya jalan di sekitar kami pada waktu itu,” tukasnya,
Abdul menceritakan, setelah memulai pendakian Gunung Marapi dengan menempuh jalur Badoray Sungai Pua sekitar pukul 20.00 WIB, mereka tiba di kawasan Sarasah sekitar pukul 22.50 WIB. Namun saat itu mereka mulai bingung, karena tidak melihat adanya jalan menuju puncak.
Tak mau gegabah, mereka lalu memasang tenda dan bermalam di sekitar lokasi tersebut. Paginya mereka kembali berusaha mencari jalan menuju puncak Marapi. Tapi setiap langkah yang ditempuh, mereka merasa berputar di lokasi itu juga. Baru pada pukul 13.00 WIB, Abdul menelepon keluarganya dan memberitahu jika mereka tersesat.
“Awalnya sempat ragu mau menelpon atau tidak. Tapi setelah berpikir-pikir, akhirnya saya telpon keuarga saya. Alhamdulillah, Senin 7 Maret 2016 pagi tadi, tim SAR berhasil menemukan kami, dibawa ke Posko Utama di Kampung Surau Baurek Jorong Limo Kampuang Nagari Sungai Pua Kecamatan Sungai Pua Kabupaten Agam-Sumbar.
Sementara itu, pendaki lainnya Fadhel yang juga ikut tersesat mengungkapkan, dirinya sudah tiga kali mendaki Gunung Marapi melintasi Jalur Badoray. Namun saat mendaki untuk yang keempat kalinya, Ia malah tidak menemukan jalan menuju puncak.
“Rasanya kami memang ‘disesatkan’. Berjam-jam berjalan, keluarnya disitu juga. Kami sengaja melintasi jalur Badoray, karena jalur ini lebih dekat menuju puncak. Hanya butuh waktu sekitar empat sampai enam jam bisa sampai ke puncak. Tapi memang, jalurnya lebih sedikit ekstrim dibanding jalur Koto Baru,” ujarnya. (mt/Gus)


Source http://ift.tt/1RwaI93

Facebook Twitter Google+

Back To Top