Lorong Tsunami, Mengingat Lagi Tragedi 10 Tahun Lalu
MENGENANG 10 tahun Tragedi Tsunami di Aceh pada 26 Desember, tidak ada salahnya mengunjungi Museum Tsunami di Banda Aceh. Ketika memasuki museum, pengunjung harus melalui Lorong Tsunami.
Lorong Tsunami ini memiliki panjang kurang lebih 30 meter dan sengaja didesain gelap atau tanpa penerangan. Menurut Raihal Fajriah selaku pemandu wisata di Museum Tsunami, kondisi tersebut memang sesuai dengan filosofi dari Lorong Tsunami itu sendiri
Gambar dari: google.com/search?q=http://kotoanaubisa.blogspot.com/2014/12/lorong-tsunami-mengingat-lagi-tragedi.html
“Ketika memasuki Lorong Tsunami, seakan-akan kita di dalam gulungan gelombang tsunami. Jadi kita bisa mengingat kembali bagaimana saudara-saudara kita di Aceh pada saat diterjang oleh gelombang tsunami,” ujarnya seperti dikutip dari okezone.
“Kenapa Lorong Tsunami didesain gelap, karena memang air gelombang tsunami itu kan berwarna gelap. Kemudian, kenapa Museum Tsunami ini dicat warna abu-abu bukan warna yang lain? Karena warna abu-abu ini mencerminkan Aceh berduka, sangat banyak korban di sini. Bukan ada gelombang tsunami kita senang,” tambahnya.
Ketinggian dari Lorong Tsunami sendiri mencapai 22 meter. Menurut Raihal Fajriah ketinggian itu sama dengan tinggi gelombang tsunami yang menerjang Banda Aceh 10 tahun silam. Ketinggian 22 meter itu yang pertama kali datang dari laut, tetapi semakin jauh, gelombangnya semakin rendah karena terkena bangunan-bangunan dan terpecah.
“Kemudian, air juga sengaja diturunkan dari atas di kedua belah dinding Lorong Tsunami agar kita bisa merasakan kondisi saat terjadinya gelombang tsunami. Saat melewati Lorong Tsunami juga kita akan terkena percikan-percikan air itu,” tutupnya.
Koto Anau, Solok dan Sekitar Sumatera Barat
Lorong Tsunami ini memiliki panjang kurang lebih 30 meter dan sengaja didesain gelap atau tanpa penerangan. Menurut Raihal Fajriah selaku pemandu wisata di Museum Tsunami, kondisi tersebut memang sesuai dengan filosofi dari Lorong Tsunami itu sendiri
![]() |
Lorong Tsunami di Museum Tsunami |
“Ketika memasuki Lorong Tsunami, seakan-akan kita di dalam gulungan gelombang tsunami. Jadi kita bisa mengingat kembali bagaimana saudara-saudara kita di Aceh pada saat diterjang oleh gelombang tsunami,” ujarnya seperti dikutip dari okezone.
“Kenapa Lorong Tsunami didesain gelap, karena memang air gelombang tsunami itu kan berwarna gelap. Kemudian, kenapa Museum Tsunami ini dicat warna abu-abu bukan warna yang lain? Karena warna abu-abu ini mencerminkan Aceh berduka, sangat banyak korban di sini. Bukan ada gelombang tsunami kita senang,” tambahnya.
Ketinggian dari Lorong Tsunami sendiri mencapai 22 meter. Menurut Raihal Fajriah ketinggian itu sama dengan tinggi gelombang tsunami yang menerjang Banda Aceh 10 tahun silam. Ketinggian 22 meter itu yang pertama kali datang dari laut, tetapi semakin jauh, gelombangnya semakin rendah karena terkena bangunan-bangunan dan terpecah.
“Kemudian, air juga sengaja diturunkan dari atas di kedua belah dinding Lorong Tsunami agar kita bisa merasakan kondisi saat terjadinya gelombang tsunami. Saat melewati Lorong Tsunami juga kita akan terkena percikan-percikan air itu,” tutupnya.