MINANG TERKINI : Akibat derasnya hujan sejak Senin 21 Maret 2016 malam, hingga Selasa 22 Maret 2016 pagi, menyebabkan banjir pada sejumlah kawasan di Kota Bukittinggi, seperti halnya di lingkungan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Adzkia Jalan Melati kawasan Stasiun Bukittinggi, membuat seluruh murid di tempat ini diliburkan.
Banjir ini menggenangi halaman dan ruang belajar sekolah, sehingga tidak memungkinkan bagi anak-anak untuk bersekolah.
“Total ada sekitar 215 murid di sini dan PAUD kami memiliki sembilan lokal. Seluruh anak terpaksa diliburkan, karena tempat kami tergenang banjir,” ujar Kepala PAUD Adzkia kawasan Stasiun Bukittinggi, Nilawati.
Nilawati mengatakan, untuk memberitahu ke seluruh orangtua murid, seluruh guru di PAUD dikerahkan. Bagi yang tinggal di dekat sekolah didatangi oleh guru untuk memberitahu aktivitas sekolah diliburkan.
“Bagi yang jauh dari lingkungan sekolah, kami menelepon orangtua murid satu persatu. Semua wali kelas memiliki data dan nomor orangtua murid yang bisa dihubungi, sehingga kami tidak mengalami kesulitan untuk memberitahu libur sekolah ini kepada orangtua atau wali murid,” ujarnya.
Menanggapi musibah banjir ini, Ketua Komisi I DPRD Bukittinggi, Muhammad Nur Idris mengatakan, banjir yang terjadi di Kota Bukittinggi diakibatkan dari penyempitan saluran air yang membuat kedatangan debit air yang tinggi jadi tak terbendung, sehingga meluap ke pemukiman warga.
Menurutnya, kondisi seperti ini akan terjadi secara terus menerus jika terjadi hujan lebat dengan durasi lama, jika pemerintah tidak mengantisipasinya dengan cepat.
“Bukittinggi bisa banjir, itu aneh. Tapi itu fakta yang terjadi. Ini faktor pendangkalan bandar dan penyempitan saluran air di Kota Bukittinggi. Selain itu debit air dari daerah tetangga juga sangat tinggi, sehingga Bukittinggi tidak sanggup menampungnya,” jelas Nur Idris saat meninjau lokasi banjir di kawasan Tarok Dipo Bukittinggi.
Muhammad Nur Idris menambahkan, Pemko Bukittinggi harus mengevaluasi masalah saluran ini dengan melibatkan daerah tetangga, karena air tersebut juga berasal dari Kabupaten Agam.
“Hingga saat ini Kota Bukittinggi belum memiliki master plan drainase. Jika punya master plan drainase dan PU bisa membangun infrastruktur sesuai dengan master plan itu, persoalan banjir di Bukittinggi akan selesai,” jelasnya.
Muhammad Nur Idris juga berharap kepada masyarakat Bukittinggi untuk taat pada aturan dan tidak mendirikan bangunan di atas bandar atau saluran air, serta tidak membuang sampah di sembarang tempat, agar persoalan banjir bisa diminimalisir. (mt/Gus)
Source http://ift.tt/1LDzgRg